Ayam broiler pedaging (broiler) merupakan salah satu komoditi unggas yang memberikan kontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan protein asal hewani bagi masyarakat Indonesia. Kebutuhan daging ayam setiap tahunnya peningkatan sejalan dengan naiknya pendapatan perkapita penduduk. Broiler adalah jenis ternak unggas yang memiliki laju pertumbuhan sangat cepat sehingga dapat dipanen pada umur 5 minggu. Keunggulan broiler didukung oleh sifat genetik dan keadaan lingkungan yang meliputi makanan, temperatur lingkungan, dan pemeliharaan[1].
Peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan, baik dalam skala peternakan besar maupun skala peternakan kecil (peternakan rakyat). Pengembangan ini dapat dilakukan dengan sistem mandiri maupun dengan kemitraan, pola kerja sama antara perusahaan sebagi inti dengan peternak sebagai plasma dalam upaya pengelolaan usaha peternakan[2].
Peternakan ayam broiler baik mandiri maupun kemitraan mempunyai indikator yang digunakan sebagai acuan dalam aktivitas usahanya. Indikator-indikator inilah yanng menentukan keberhasilan dari suatu usaha peternakan ayam broiler. Beberapa indikator yang dipakai dalam penentuan keberhasilan usaha ayam broiler yaitu Feed Conversion Ratio (FCR), Body Weight (Berat Badan), umur panen, persentase deplesi, dan Index performance (IP). Mari kita bahas satu per satu :
1. Body Weight (Bobot Badan)
Bobot badan menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan pemeliharaan ayam broiler. Persyaratan mutu DOC broiler yaitu memililiki bobot dengan rentang 37 sampai dengan 40 gram. Bobot badan selama satu periode pemeliharaan dipengaruhi oleh kualitas pakan yang dikonsumsi. Jumlah konsumsi pakan dan level energi dalam pakan akan terus meningkat seiring dengan pertambahan bobot badan dan umur ternak[3]. Data bobot badan sangat diperlukan untuk mengetahui rasio konversi pakan menjadi daging melalui perhitungan FCR. Oleh karena itu pada setiap pemeliharaan ayam, perlu sekali dilakukan penimbangan bobot badan secara berkala.
Penimbangan bobot badan umumnya dilakukan selama 3 sampai 4 kali selama satu periode pemeliharaan. Jarak antar penimbangan bervariasi antara 7 sampai 10 hari. Biasanya, ayam ditimbang dengan cara mengambil beberapa sampel ayam dari total populasi keseluruhan yang dipelihara. Untuk memudahkan dalam pencatatan data bobot ayam, biasanya peternak membuat tabel bobot badan. Setelah dilakukan penimbangan, data bobot badan yang diperoleh selanjutnya akan diolah untuk mengetahui rataan bobot badan ayam, persentase jumlah ayam dengan bobot diatas rata-rata dan dibawah rata-rata, dan untuk mengetahui keseragaman bobot badan.
2. Feed Conversion Ratio (FCR)
Feed Conversion Ratio (FCR) merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang digunakan dengan jumlah bobot ayam broiler yang dihasilkan. Semakin kecil nilai FCR (faktor yang lain dianggap sama) menunjukan kondisi usaha ternak ayam broiler semakin baik. Rendahnya FCR menunjukan bahwa penambahan sejumlah pakan dapat menghasilkan penambahan bobot ayam broiler dengan proporsi yang lebih besar[4].
Menurut sebuah penelitian pada beberapa kelompok peternak ayam broiler, didapatkan nilai FCR untuk:
a) Peternak Plasma yaitu 1,5515
b) Peternak Mandiri yaitu 1,6781
c) Peternak Plasma-inti Pabrikan yaitu 1.5859
d) Peternak Plasma-inti Mandiri yaitu 1,5409
Sementara itu, standar nilai FCR untuk ayam broiler dengan umur panen 35 hari sebesar 1,63 [4].
Sebagai acuan, berikut merupakan tabel FCR pada masing-masing umur:
Tabel 1. Bobot Badan, PBB, Konsumsi Pakan, dan FCR Ayam Broiler Tiap Minggu[5]
Dalam ayam pedaging terdapat suatu istilah yang dinamakan "diferensial" atau biasanya disingkan menjadi "diff". Diferensial digunakan untuk mengetahui selisih antara FCR yang telah ditetapkan oleh perusahaan dengan FCR sebenarnya dilapangan (aktual). Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai diferensial:
Diff yang bernilai minus (-) semakin baik karena menunjukan bahwa FCR aktual di peternakan lebih kecil dari pada standar FCR di perusahaan.
3. Umur Panen
Ayam broiler moderen tumbuh sangat cepat sehingga dapat dipanen pada umur 4 sampai 5 minggu. Pada umur tersebut ayam broiler biasanya memiliki bobot hidup berkisar antara 1,5 sampai 2,0 Kg [6].
4. Persentase Deplesi
Deplesi merupakan tingkat kematian dan culling (pemisahan atau pengafkhiran ayam) dalam pemeliharaan selama satu kali produksi yang biasanya dihitung dalam persentase. Rumus untuk menghitung persentase deplesi yaitu:
Pemeliharaan ayam broiler yang baik memiliki persentase deplesi dibawah 5%.
5. Index Performance (IP)
Indeks performa adlah suatu formula yang umum digunakan untuk mengetahui performa ayam broiler. Semakin besar nilai IP yang diperoleh maka semakin baik prestasi ayam dan semakin efisien penggunaan pakan[7]. Nilai IP menunjukan suatu keberhasilan proses produksi ayam yang dipengaruhi oleh kematian, FCR, bobot badan, dan umur panen. Nilai IP juga menjadi salah satu acuan untuk pemberian bonus bagi peternak mitra dalam sistem kemitraan (Inti-Plasma). Nilai IP yang rendah menjadi bahan pertimbangan perusahaan inti untuk memutuskan chick-in (pemasukan ayam) kembali atau tidak atau dalam hal ini penerusan atau penghentian usaha kemitraan[4].
Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai IP yaitu :
Nilai IP yang dijadikan standar pada pemeliharaan ayam broiler yaitu sebagai berikut[7]:
Tabel 2. Kriteria Nilai Indeks Performa Ayam Broiler
Indeks
Performa (IP)
|
Nilai
|
<300
|
Kurang
|
301-325
|
Cukup
|
326-350
|
Baik
|
351-400
|
Sangat Baik
|
>400
|
Istimewa
|
Seorang peternak memelihara ayam broiler dengan populasi 5.000 ekor. Setelah memelihara selama 35 hari, peternak tersebut memanen ayamnya. Data pemanenan ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Data
Panen
|
Jumlah
|
Populasi
Awal
|
5.000 ekor
|
Populasi
Panen
|
4.500 ekor
|
Umur
Panen
|
35 Hari
|
Konsumsi
Pakan Total
|
12.285.000 gram atau 12,285 Ton
|
Bobot
Panen Total
|
9.000.000 gram atau 9 Ton
|
Hitunglah:
a) Konsumsi Pakan Rata-rata Per Ekor?
b) Bobot Panen Rata-rata Per Ekor?
c) Persentase Deplesi?
d) Nilai Feed Conversion Ratio (FCR)?
e) Nilai Index Performance (IP)?
Jawab:
a) Konsumsi Pakan Rata-rata Per Ekor
b) Bobot Panen Rata-rata Per Ekor
c) Persentase Deplesi
d) Nilai Feed Conversion Ratio (FCR)
e) Nilai Index Performance (IP)
Nilai IP menunjukan performa yang sangat baik berdasarkan pada Tabel 2.
Referensi :
[1] Umam MK, Prayogi HS, Nurgiartiningsih VMA. 2014. The Performance of Broiler Rearing in System Stage Floor and Double Floor. Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan 14 (3) : 79 - 87 (View)
[2] Utomo HR, Setiyawan H, Santoso SI. 2015. Analisis Profitabilitas Usaha Peternakan Ayam Broiler dengan Pola Kemitraan di Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal. Animal Agriculture Journal 4 (1) : 7 - 14 (View)
[3] Arum KT, Cahyadi ER, dan Basith A. 2017. Evaluasi Kinerja Peternak Mitra Ayam Ras Pedaging. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan Vol. 5(2): 78-83 (View)
[4] Suwarta. 2014. Feed Conversion Ratio (FCR) Usaha Ternak Ayam Broiler di Kabupaten Sleman. Publishing Universitas Widyagama Malang (View)
[5] Standar Performa Mingguan Ayam Broiler MB 202 Japfa Comfeed (View)
[6] Kapan Sebainya Ayam Broiler Dipanen? (View)
[7] Fitro R, Sudrajat D, dan Dihansih E. 2015. Performa Ayam Pedaging yang Diberi Ransum Komersial Mengandung Tepung Ampas Kurma Sebagai Pengganti Jagung. Jurnal Peternakan Nusantara Vol. 1 (1): 1-8 (View)