Mengenal Analisis Proksimat Bahan Pakan


Pakan merupakan bahan yang dapat dimakan, dicerna dan diserap baik secara keseluruhan atau sebagian dan tidak menimbulkan keracunan atau tidak mengganggu kesehatan ternak yang mengonsumsinya. Pakan berfungsi sebagai pembangun dan pemelihara tubuh, sumber energi, produksi, dan pengatur proses-proses dalam tubuh. Kandungan zat gizi yang harus ada dalam pakan adalah protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin, dan air.

Sementara itu, bahan pakan ternak adalah setiap bahan yang dapat dimakan, disukai, dapat dicerna baik sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorpsi dan bermanfaat bagi ternak. Suatu bahan harus memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut agar dapat disebut sebagai bahan pakan [1].

Berdasarkan kandungan zat gizinya, bahan pakan dapat dikelompokan dalam tiga kelompok yaitu:
1. Sumber Energi: Bahan pakan yang mengandung protein kurng dari 20%, serat kasar kurang dari 18%
2. Sumber Protein: Bahan pakan kelompok ini meliputi semuan bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% baik yang berasal dari hewan maupun tumbuhan
3. Sumber Vitamin dan Mineral: Hampir semua bahan pakan ternak, baik yang berasal dari tanaman maupun hewan mengandung beberapa vitamin dan mineral dengan konsentrasi yang bervariasi tergantung pada tingkat pemanenan, umur, pengolahan, penyimpanan, jenis, dan bagian-bagianya (biji, batang, dan daun) [2]

Campuran bahan pakan yang disusun sedemikian rupa sehingga zat gizi yang dikandungnya seimbang sesuai kebutuhan ternak disebut sebagai ransum [3]. Pengetahuan mengenai kandungan gizi dalam bahan pakan sangat penting untuk menentukan kandungan nutrisi dalam pakan yang akan dibuat. Hal ini juga akan sangat membantu dalam menghitung apakah kandungan nutrisi dalam pakan sudah sesuai dengan kebutuhan ternak atau belum. 

Untuk mengetahu kandungan zat gizi yang ada dalam bahan pakan ternak dilakukan dengan analisis proksimat. Analisis proksimat merupakan pengujian kimiawi untuk mengetahui kandungan nutrien suatu bahan baku pakan atau pakan[4]. Analisis proksimat pertama kali dikembangkan di Wendee Experiment Station oleh Hennerberg dan Stokmann. Analisis ini sering juga dikenal dengan analisis Wendee. Analisis proksimat menggolongkan komponen kimia dan fungsinya yaitu: Air (moisture), abu (ash), protein kasar (crude protein), lemak kasar (ether extract), dan bahan ekstrak tanpa nitrohen (Nitrogen free extract) [5]. Istilah proksimat mempunyai pengertian bahwa hasil analisis dari metode ini menunjukan nilai yang mendekati. Hal ini deisebabkan dalam suatu fraksi (kumpulan zat makanan yang mempunyai sifat yang sama) masih terdapat zat lain yang masih berbeda sifatnya dan dalam jumlah yang sangat sedikit [6].

Didalam analisis proksimat terdapat bagan yang dinamakan Bagan Fraksi Analisis Proksimat. Bagan tersbut dapat memudahkan dalam mengetahui bagian-bagian yang terkandungan dalam bahan pakan yang akan dianalisis.
Gambar 1. Bagan Fraksi Analisis Proksimat


Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kandungan-kandungan yang tertera pada bagan tersebut, berikut penjelasanya:

1. Air
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan pakan dan dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa. Kadar air ikut menentukan tingkat kesegaran dan daya awet bahan pakan. Namun, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak sehingga terjadi perubahan pada bahan pakan.

Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan oven biasa atau dengan Thermogravimetri dimana air akan diuapkan melalui pemanasan dengan suhu 105 derajat Celsius selama 3 jam. Kemudian dilakukan penimbangan berat bahan sebelum dan sesudan pemanasan.

Rumus yang digunakan yaitu [7]:
Keterangan:
A  = Bobot sampel awal
B  = Bobot sampel dan cawan kering
C  = Bobot cawan kosong

2. Bahan Kering
Sampel yang telah dipanaskan untuk menguapkan kandungan air tadi selanjutnya disebut sampel kering atau bahan kering. Dalam bahan sampel ini terdapat kandungan bahan organik dan bahan anorganik atau disebut juga abu.

Rumus untuk menghitung BK:
BK (%) = 100 - Kadar Air

3. Bahan Anorganik (BAO)
Analisa kadar abu bertujuan untuk memisahkan bahan organik dan bahan anorganik suatu bahan pakan. Kandungan abu suatu bahan pakan menggambarkan kandungan mineral pada bahan tersebut. Abu terdiri dari mineral yang larut dalam detergen dan mineral yang tidak larut dalam detergen.

Analisa kadar abu dilakukan dengan memanaskan bahan kering dalam tanur dengan suhu 500 sampai 600 derajat celsius. Kemudian zat hasil pembakaran yang tertinggal ditimbang. Rumus yang digunakan yaitu [8]:
Keterangan:
C  = Berat cawan dan abu setelah di Tanur
A  = Berat cawan kosong setelah di Oven
B  = Berat sampel

4. Bahan Organik (BO)
Bahan organik ini bisa dikatakan sebagai inti dari bahan pakan. Hal ini disebabkan bahan organik mengandung nutrien seperti karbohidrat, protein lemak dan serat. Bahan organik adalah semua bahan yang berasal dari jaringan tanaman dan hewan baik yang masih hidup maupun yang telah mati, pada berbagai tahap dekomposisi [9].

Rumus untuk menghitung BO:
BO (%) = 100 - Kadar Abu

5. Bahan Organik Mengandung Nitrogen (BON)
Protein merupakan suatu senyawa yang terbentuk dari unsur-unsur organik yang hampir sama dengan karbohidrat dan lemak yaitu unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Namun, pada protein terdapat tambahan unsur pembentuk yaitu nitrogen (N). Sementara itu, bahan organik mengandung Nitrogen (BON) mengacu pada banyaknya Nitrogen pada suatu bahan yang diuji. Karena perhitungan didasarkan pada jumlah N maka BON ini dihitung juga sebagai Protein Kasar. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa rata-rata kandungan N dalam bahan pakan adalah 16 gram per 100 gram protein. Lebih lanjut, protein kasar ini terdiri dari protein dan nitrogen bukan protein (NPN) [4].

Analisa kadar protein kasar dilakukan dengan melalui beberapa tahapan:
A. Tahap Destruksi
Pada tahap ini sampel dicampur dengan asam sulfat pekat dan dipanaskan hingga terdestruksi menjadi unsur-unsurnya yaitu C, H, O, N, dan S. Untuk mempercepat proses destruksi biasanya di tambahkan katalisator berupa Na2SOdan HgO (20:1) dan atau K2SO4 dan CuSO4. .Suhu yang digunakan berkisar antara 370 sampai 410 derajat celsius. Hasil destruksi kemudian masuk ke tahap destilasi.

B. Tahap Destilasi
Pada tahap ini terjadi pemecahan Amonium Sulfat menjadi Amonia (NH3) dengan penambahan NaOH dan aquades. Amonia yang dilepaskan akan ditangkap oleh larutan asam standar. Larutan yang biasa digunakan yaitu asam clorida (HCl) dengan indikator Phenolftalein (PP). Hasil destilasi ini kemudian masuk ke tahap titrasi.

C. Tahap Titrasi
Pada tahap ini larutan hasil destilasi yang mengandung amonia akan di titrasi menggunakan NaOH dan indikator PP sampai berubah warna menjadi merah muda dan tidak hilang selama 10 sampai 30 detik. Namun, sebelumnya harus di lakukan titrasi menggunakan larutan blanko yang akan digunakan untuk mengurangi hasil titrasi sampel (ekuivalen nitrogen)

Rumus yang digunakan yaitu [10]:
Keterangan:
A  = Vol. Titrasi sampel
B  = Vol. Titrasi Blanko
N  = Normalitas HCL
C  = Berat sampel (g)
14,008 = Berat atom unsur N
6,25     = Faktor Konversi

6. Bahan Organik Tanpa Nitrogen (BOTN)
Kandungan bahan organik yang tidak mengandung nitrogen terdiri dari senyawa karbohidrat dan lemak. Kedua senyawa ini tergolong sebagai bahan organik tanpa nitrogen karena hanya tersusun atas C, H, O dan tidak mengandung unsur N. Maka, analisis yang dilakukan pada bahan organik tanpa N yaitu analis lemak kasar dan karbohidrat.

7. Lemak Kasar (LK)
Lemak kasar terdiri dari lemak dan pigmen. Zat-zat nutrien yang bersifat larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K diduga terhitung sebagai lemak. Analisa lemak kasar pada umumnya menggunakan senyawa eter sebagai bahan pelarutnya, maka dari itu analisa lemak kasar juga disebut sebagai ether extract. Sampel akan direndam dan dididihkan menggunakan larutan eter, larutan akan menguap dan meninggalkan lemak pada dinding labu.

Rumusnya yaitu:
Keterangan:
A  = Berat labu dan lemak setelah dioven
B  = Berat labu kosong setelah dioven
C  = Berat sampel

8. Serat Kasar (SK)
Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat dan didefinisikan sebagai fraksi yang tersisa setelah digesti dengan larutan asam sulfat standar dan sodium hidroksida. Analisis serat kasar dilakukan dengan bahan yang telah diuapkan lemaknya (tanpa lemak). Serat kasar sebagian besar terdiri dari sel dinding tanaman dan mengandung selulosa, hemiselulosa, dan lignin.

Bahan tanpa lemak akan dipanaskan menggunakan larutan H2SO4 dan disaring menggunakan kertas saring. Selanjutnya hasil saringan akan dipanaskan kembali dengan larutas NaOH dan disaring kembali dengan kertas yang sama. Kertas saring tersebut akan ditimbang beratny sebelum dan sesudah dilakukan penyaringan sehingga diketahui kadar serat kasar pada suatu bahan.

Rumus yang digunakan yaitu:
Keterangan:
A  = Berat kertas saring setelah penyaringan
B  = Berat kertas saring kosong(awal)
C  = Berat sampel

9. Karbohidrat (KH)
Karbohidrat merupakan zat organik yang berfungsi menghasilkan energi. Karbohidrat total dihitung dengan menggunakan rumus [11]:

KH(%) = 100% - %(PK + LK + Abu + Air)

10. Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)
BETN merupakan bagian karbohidrat yang mudah dicerna atau golongan karbohidrat non-struktural. Karbohidrat ini ditemukan didalam sel tanaman dan mempunyai kecernaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan karbohidrat struktural. Contoh dari karbohidrat non struktural yaitu gula, pati, asam organik, fruktan dan sebagainya.

Referensi:
[1] Subekti E. 2009. Ketahanan Pakan Ternak Indonesia. Mediagro Vol. 5 No. 2: 63 - 71 (PDF)
[2] Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (View)
[3] Indah, P., Sobri M. 2001. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Fakultas Peternakan Perikanan Universitas Muhamadiyah Malang.
[4] Repository Institut Pertanian Bogor (View)
[5] eprints Universitas Muhammadiyah Malang (View)
[6] Slideshare (View)
[7] Agroindustry Laboratory (View)
[8] Agroindustry Laboratory (View)
[9] Repository Institut Pertanian Bogor (View)
[10] Agroindustry Laboratory (View)
[11] Musfiroh I, Indriyati W, Muchtaridi, Setiya Y. Analisis Proksimat dan Penetapan Kadar Beta Karoten dalam Selai Lembaran Terung Belanda Dengan Metode Spektofotometri Sinar Tampak. Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran Bandung (View)