Sistem Informasi Geografis (SIG) Dalam Sektor Perikanan

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial bereferensi keruangan. Dalam arti yang lebih sempit, SIG adalah sistem sistem yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya dalam sebuah database. SIG pertama digunakan pada tahun 1960 yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan geografis. Empat puluh tahun kemudian SIG berkembang tidak hanya bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan geografis saja tetapi sudah merambah ke berbagai bidang seperti dalam arkeologi, geografi, kartografi, penginderaan jauh, survei tanah, utilitas publik manajemen, manajemen sumber daya alam, pertanian presisi, fotogrametri, perencanaan kota, manajemen darurat, arsitektur lansekap, navigasi, video udara, mesin pencari lokal, dan kelautan perikanan[1].

Dewasa ini penggunaan SIG diberbagai bidang diharapkan mampu memberikan kemudahan-kemudahan yang diinginkan seperti penanganan data geospasial menjadi lebih baik dalam format baku, revisi dan pemutakhiran data menjadi lebih mudah, data geospasial dan informasi menjadi lebih mudah dicari, dianalisa dan direpresentasikan, menjadi produk yang mempunyai nilai tambah, memampuan menukar data geospasial, penghematan waktu dan biaya, keputusan yang diambil menjadi lebih baik. SIG dapat dianggap sebagai sebuah sistem yang secara digital menciptakan dan "memanipulasi" area spasial yang yurisdiksi. Oleh karena itu, SIG yang dikembangkan untuk suatu kepentingan pemerintah dan pihak swasta diharapkan dapat mempermudah nelayan dalam mendapatkan informasi dan data berdasarkan ruang geografis yang nantinya bisa ditarik suatu kesimpulan. 

Salah satu syarat SIG adalah data spasial yang dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain peta analog, peta topografi, peta tanah atau peta dalam bentuk cetak lainnya. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi, kemungkinan besar memiliki referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata angin dan sebagainya. Disamping itu, data sistem penginderaan jauh (antara lain citra satelit, foto udara dan sebagainya) merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG karena ketersediaanya secara berkala dan mencakup area tertentu. Data pengukuran lapangan yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan tersendiri, pada umumnya data  ini merupakan sumber data atribut contohnya batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan hutan serta data GPS (Global Positioning System) memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi SIG. Keakuratan  pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi satelit navigasi. Pengolahan data yang bersumber dari GPS biasanya dilakukan dalam format vektor. Tahapan yang dilakukan dalam pembuatan rancangan sistem informasi geografis ini adalah menentukan pihak-pihak yang terlibat dalam sistem, menentukan kegiatan yang dilakukan oleh pihak tersebut, merancang use case diagram, merancang collaboration diagram, merancang class diagram dan merancang database.

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki kekayaan laut melimpah. Sungguh sangat disayangkan apabila sumber daya tersebut tidak dapat dimanfaatkan hanya karena tidak adanya ketersediaan informasi mengenai sumber daya tersebut, terutama sumber daya ikan laut. Sistem informasi geografis perikanan Indonesia dapat memberikan informasi yang membantu pihak kelautan dan perikanan. Contohnya mengenai daerah penyebaran ikan dan lokasi penangkapan ikan di sepanjang wilayah perairan Indonesia. Tujuan dilakukannya aplikasi SIG dalam bidang kelautan dan perikanan di antaranya mengetahui ikan di laut berada dan kapan bisa ditangkap, mengawasi spesies atau lokasi perikanan tertentu, meminimalisir usaha penangkapan dengan mencari daerah habitat ikan, mengetahui area dimana ikan bisa tertangkap dalam jumlah yang besar serta mengetahui faktor-faktor lingkungan laut yang mempengaruhi distribusi, migrasi dan kelimpahan ikan agar dapat diperoleh secara berkala, cepat dan dengan cakupan area yang luas[2].

Gambar1. Contoh Tampilan Pada SIG

Sejauh ini pemanfaatan SIG disektor kelautan dan perikanan sangat membantu pemerintah dan pihak swasta khususnya pengusaha. Namun, SIG sejauh ini hanya di gunakan oleh beberapa pihak saja khususnya akademisi. Melihat fungsi dari SIG tentunya akan sangat membantu masyarakat pesisir khususnya nelayan dalam kegiatan mereka. Namun, kurangnya pengetahuan menjadi menjadi hambatan sehingga perlu adanya pemberian pelatihan SIG kepada masyarakat pesisir.

Referensi:

[1] Munggaran, LC., Widiastuti, W., & Nugraha, B. 2012. Perancangan Sistem Informasi Geografis Perikanan Di Indonesia. Konferensi Nasional Sistem Informasi 2012, STMIK-STIKOM Bali 23-25 Februari 2012: 121 (Lihat)

[2] Harahap, RA. 2013. Peran Sistem Informasi Geografis Dalam Bidang Perikanan dan Kelautan. Universitas Sumatera Utara (Lihat)