Kegiatan pertanian modern yang berfokus pada pendekatan kognitif secara ilmiah dan intelektual memang telah terbukti dalam meningkatkan produksi pangan secara signifikan. Namun, kamampuan dalam mempertahankan keseimbangan alam banyak diabaikan sehingga berakibat pada terjadinya kerusakan hubungan antara aktivitas pertanian, masyarakat, dan lingkungan. Hal ini juga nampaknya menjadi penyebab menurunya kesehatan atau kualitas tanah.
Suka atau tidak, penggunaan pestisida dan herbisida memang telah mengurangi bahan organik dan mikroba yang menguntungkan dalam tanah, yang menyebabkan tumbuhan tidak lagi dapat mengambil dan menggunakan sebanyak-banyaknya nutrient yang tersedia dalam tanah. Lebih lanjut, petani yang menggunakan pupuk sintetis mengarah pada terjadinya penurunan atau degradasi tanah, membuat tanah menjadi asam dan keras. Parahnya kondisi ini memunculkan penyakit baru pada tanaman tidak sehat yang mendorong pada penggunaan lebih banyak pestisida dan herbisida. Pencemaran udara dengan gas rumah kaca dan kontaminan, penggunaan air yang melebihi kebutuhan, juga sekali lagi membunuh mikroba yang menguntungkan. Siklus ini terus-menerus berlanjut.
Pendekatan kognitif juga sering kali mengabaikan fakta bahwa petani kadang membuat keputusan penting tentang cara menangani tanah, tanaman, dan hewan yang lebih berdasar kepada intuisi dari pada rasionalitas. Banyak sekali petani mengerti dan merasakan apa yang dibutuhkan dalam melakukan aktivitas pertanianya hanya dengan intuisi yang mereka punya. Penggunaan intuisi dan kemampuan "halus" lainya untuk membuatan keputusan dalam konteks menumbuhkan makanan, baik pertanian atau perkebunan, sampai sekarang memang baru mendapatkan perhatian kecil dalam penelitian ilmiah. Namun sekarang, hal ini akan menjadi bidang riset terbaru. Banyak peneliti mempelajari bahwa mayoritas petani lebih memilih menggunakan kemampuan ini, yang sadar atau tidak, seringkali menghasilkan keberhasilan yang lebih besar dari pada menggunakan alat yang dirancang dengan ilmu pengetahuan. Keputusan mereka menggunakan intuisi dalam kegiatan pertanian juga seringkali lebih etis dan selaras dengan keseimbangan alam.
Banyak petani dan tukang kebun juga menggunakan komunikasi intuitif dengan alam untuk mendapatkan informasi mengenai tanaman, hewan, dan landsecapenya. Bahkan dengan menggunakan kemampuan ini mereka mendapatkan manfaat yang besar seperti pengurangan input namun dengan output dan keuntungan yang lebih besar. Banyak yang tidak diketahui oleh sains mengenai hal ini.
Lalu apa sih Pertanian Intuitif itu?
Pertanian intuitif itu dideskripsikan sebagai kegiatan pertanian dengan pengambilan keputusan yang dilakukan secara cepat, akurat, dan sensitif yang agaknya memotong proses kognitif fungsional pada otak. Keakuratan dalam pengambilan keputusan berdasakan pada intuisi ini didapatkan dari pengetahuan dan pengalaman. Pertanian intuitif juga memanfaatkan komunikasi telepati antarspesies.
Konsep komunikasi dengan alam bukanlah sesuatu yang baru bahkan telah menjadi bagian dari budaya. Mekanisme transfer informasi selama komunikasi intuitif memang belum diketahui. Namun terdapat bukti ilmiah yang mendukung bahwa konsep telepati (antarmanusia dan antarspesies) mempunyai kemungkinan untuk dilakukan, yang selanjutanya oleh banyak ilmuan disebut sebagai pseudoscience.
Gambar 1. Dr. Saskia von Diest
Adalah Dr. Saskia von Diest, mahasiswa postdoc di Universitas Stellenbosch pada sebuah proyek riset tentang Pembuktian Pangan Masa Depan yang menghubungkan produksi pangan berkelanjutan dengan target konservasi nasional, menggali lebih jauh mengenai pertanian intuitif atau pertanian yang hanya mengandalkan intuisi petani sebagai salah satu pendekatan baru dalam dunia pertanian di tahun 2015. Salah satu tujuan dari proyeknya ini yaitu untuk mewawancarai petani yang sudah mempraktekkan komunikasi telepati antarspesies guna mendapatkan pengetahuan yang lebih baik mengenai efeknya terhadap sistem pertanian dan produk pertanian.
Wah Dr. Saskia kayaknya harus melakukan penelitian di Indonesia ya slurrr :)
Gambar 2. Dr. Peter Nuttall
Sebelumnya ada Peter Nuttall (2012) dengan publikasinya yang berjudul "The Intuitive World of Farmers" mengambil kasus tentang sistem penggembalaan dan menggambarkan bagaimana peternak sapi perah paling sukses di Selandia Baru lebih memilih untuk mengembangkan alat pribadi dengan intuisi mereka ketimbang bergantung pada alat dan teknologi yang dirancang secara formal untuk membantu aktivitas pertaniannya. Nuttall menunjukan bahwa pengembangan kemampuan ini akan menjadi pendekatan yang lebih praktis dalam membantu petani membuat keputusan dan meningkatkan efisiensi pertanianya.
Gambar 3. Henk Kieft
Sebelumnya lagi ada juga Henk Kieft dari Belanda. Beliau ini menunjukan bahwa petani yang melakukan kegiatan pertaniannya secara intuitif mampu mendeteksi penyakit lebih dini, input bahan kimia yang lebih rendah, peningkatan nilai gizi dan umur simpan yang lebih lama, serta efisiensi input yang lebih tinggi pula dalam produksi tanaman. Tidak hanya di pertanian ternyata, penggunaan intuisi juga memberikan keuntungan dalam dunia peternakan seperti hewan ternak yang lebih tenang, penggunaan antibiotik dan biaya kesehatan hewan yang rendah, peningkatan respon imun, dan tingkan konversi pakan yang lebih efisien. Peternak bahkan mengatakan bahwa mereka telah meminimalkan dampak lingkungan ketika menyinggung soal "bekerja dengan alam".
Nah, balik lagi ke Dr. Nuttall. Beliau mengatakan bahwa pertanian intuitif ini belum pernah dianalisis sejauh ini sebelumnya. Beliau menyadari kalau mayoritas petani memang tidak duduk didepan komputer dan menggunakan kalkulator. Namun, mereka secara tidak formal menganalisis setiap keputusan dengan mental mereka untuk memutuskan tidakan apa yang akan diambil. Kadang keputusan itu bersifat instan, tetapi pada level pemikiran tertentu hal itu dianggap sebagai sebuah usaha sebelum melakukan tindakan.
Pengambilan keputusan yang baik secara intuisi bukanlah sebuah proses yang misterius. Sebuah universitas mengatakan bahwa ada petani yang mempunyai kemampuan intuisi yang baik dalam mengambil keputusan dan ada yang tidak. Petani yang minim pengalaman, entah punya intuisi yang bagus atau tidak, merasa sulit untuk membuat keputusan yang baik. Lebih lanjut, Dr. Nuttall mengatakan bahwa proses intuisi sering menggunakan apa yang disebut "pola kecocokan" dimana otak menggunakan pengalaman untuk mencocokan peristiwa masa lalu dengan pengambilan keputusan pada masalah saat ini yang kemudian muncul dengan apa yang otak yakini sebagai tindakan yang benar. Namun, intuisi bukan hanya sekedar mencocokan pola melainkan berkembang dengan proses pemikiran petani, kritik diri, dan peninjauan ulang. Penelitian terbaru bahkan menyebutkan bahwa petani dapat meningkatkan intuisi mereka dengan melakukan latihan.
Keren ya, ternyata telepati tidak selalu berkaitan dengan hal mistis slurrr....
Referensi:
[1] Farmer's Weekly: Exploring Intuitive Farming oleh Dr. Saskia van Diest (Lihat)
[2] Re-Green Ecoculture Center: Intuitive Farming, The Emerging Movement (Lihat)
[3] Nzherald: New Book "The Intuitive Farmer" Analyses How Farmers Think (Lihat)