Nanobubble: Teknologi Masa Depan Perikanan Budidaya



Keberhasilan budidaya perikanan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu yang utamanya adalah kualitas air dengan oksigen terlarut sebagai indikator. Keberadaan oksigen dapat memengaruhi produktivitas biota air karena diperlukan untuk respirasi[1]. Biota air menggunakan oksigen terlarut untuk menentukan lingkaran aktivitas, laju pertumbuhan, pembakaran makanan dan reproduksi. Oksigen yang baik untuk budidaya perikanan memiliki konsentrasi berkisar antara 5-7 ppm[2].

Lantas adakah teknologi yang menunjang kualitas air perikanan budidaya?

Nanobubble merupakan salah satu teknologi terbaru yang berfungsi meningkatkan kualitas air dengan meningkatkan oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO). Teknologi nanobubble menyajikan karakteristik gelembung istimewa berukuran < 200 nm, sehingga kadar oksigen terlarut tetap stabil dan bertahan lama di perairan. Keuntungan dari nanobubble adalah dapat menangkap polutan tersuspensi. Gelembung berukuran nano mengikat polutan dengan menembus rongga kecil dan membuatnya terangkat. Oksigen terlarut digunakan untuk mengurai bahan organik agar kadar ammonia tidak meningkat dan menjadi ancaman bagi biota air[3].

Beberapa penelitian telah membuktikan kefektifan teknologi nanobubble. Ikan lele mengalami penurunan kematian sebesar 40% dan peningkatan produksi sebanyak 50% setelah membudidayakan menggunakan nano oxygen (nanobubble) bioflok[3]. Teknologi nanobubble menaikkan kadar oksigen terlarut dari 2,79-9,3 g/L menjadi 3,33-9,74 mg/L, menurunkan kadar nitrit (0,42-1,11 mg/L menjadi 0,76-1,12 mg/L) serta ammonia (0,08-0,64 mg/L menjadi 0,51-0,62 mg/L)[4]. Sistem budidaya ikan nila salin dengan nanobubble dapat menghasilkan laju pertumbuhan spesifik/SGR dan efisiensi pemanfaatan pakan/EPP lebih tinggi, jika dibandingkan dengan budidaya ikan nila salin menggunakan aerator[5]. Hal ini menunjukkan bahwa pakan yang dikonsumsi berkualitas baik sehingga pertumbuhan ikan pun semakin baik[6][7]. Sementara itu, nilai rasio konversi pakan pada nanobubble (1,322%) juga lebih rendah dibanding dengan aerator (16%). Hal ini menunjukkan bahwa efisien penggunaan pakan semakin baik karena perhitungan konversi pakan semakin rendah[7].

Di Indonesia teknologi nanobubble belum banyak diketahui dan diaplikasikan. Namun, Hardi Junaedi telah mendirikan startup teknologi nanobubble dengan mengembangkan mesin aerator berteknologi nano yang menghasilkan gelembung nano (70-200 nm) dan dapat meningkatkan kadar oksigen dalam air. Nanobubble dapat meningkatkan kadar oksigen dua kali lipat dari keadaan normal (2-4 ppm). Kadar oksigen yang lebih tinggi dapat meningkatkan laju pertumbuhan udang dan mengatasi virus maupun bakteri[8]. Berdasarkan hasil uji coba di tambak udang di Situbondo, Jawa Timur, produktivitas udang meningkat sebanyak 300% dan mempercepat masa panen sebesar 20% setelah menggunakan teknologi nanobubble. Selain itu, berat dan panjang udang juga bertambah. Udang dengan treatment nanobubble juga terbukti negatif terinfeksi virus EHP dan jumlah koloni bakteri vibrio juga berkurang. Nanobubble menjadi salah satu teknologi terbaru yang dapat memajukan perikanan budidaya di Indonesia. Meskipun teknologi ini terbilang masih cukup jarang diketahui dan mahal harga alatnya, potensi serta peluangnya untuk diaplikasikan di Indonesia sangatlah besar, mengingat budidaya perikanan di Indonesia cukup tinggi. Perusahaan startup nanobubble dapat berkolaborasi dengan stakeholder terkait agar petambak lokal juga bisa merasakan manfaat adanya teknologi ini sekaligus menyejahterakan banyak orang yang pekerjannya bergantung pada sektor perikanan.

Referensi

[1] Bahri, S., Setiawan, R.P.A., Hermawan, W., & Yunior, M.Z. 2014. Perkembangan desain dan kinerja aerator tipe kincir. Jurnal Keteknikan Pertanian 2(1): 9-16 (Lihat)

[2] Maniagasi, R., Tumembouw, S.S., & Mundeng, Y. 2013. Analisis kualitas fisika kimia air di areal budidaya ikan Danau Tondano Provinsi Sulawesi Utara. Budidaya Perairan 1(2): 29-37 (Lihat)

[3] Fuadi, A., Sami, M., & Usman. 2020. Teknologi tepat guna budidaya ikan lele dalam kolam terpal metode bioflok dilengkapi dalam aerasi nano bubble oksigen. Jurnal Vokasi 4(1): 39-45 (Lihat)

[4] Fraciliyani, F. (2018). Penerapan teknologi nanobubble pada budidaya ikan nila salin (Oreochromis niloticus) terhadap kandungan oksigen terlarut, nitrit, dan amonia di media pemeliharaan (Skripsi, Universitas Airlangga). Diambil dari repository.unair.ac.id pada 27 Agustus 2020 (Lihat)

[5] Setiawan, A. 2018. Laju pertumbuhan spesifik, efisiensi pemanfaatan pakan, dan rasio konversi pakan ikan nila salin (Oreochromis niloticus) pada sistem budidaya dengan nanobubble (Skripsi, Universitas Airlangga). Diambil dari repository.unair.ac.id pada 27 Agustus 2020 (Lihat)

[6] Idawati, Defira, C.N., & Mellisa, M. 2018. Pengaruh pemberian pakan alami yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan patin (Pangasius sp.). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah 3(1): 14-22 (Lihat)

[7] Kosim, M, Rachmawati, D., & Samidjan, I. 2016. Pengaruh penambahan enzim fitase dalam pakan buatan terhadap laju pertumbuhan relatif, efisiensi pemanfaatan pakan dan kelulushidupan lele sangkuriang (Clarias gariepinus). Jurnal of Aquaculture Management and Technology 5(2): 26-34 (Lihat)

[8] Nanobubble.id Teknologi Nano Untuk Perikanan Indonesia. Diambil dari nanobubble.id pada 27 Agustus 2020 (Lihat)