Penyebab Naik Turunnya Harga Sayur dan Buah

Sayur dan buah merupakan produk pertanian yang sering kita jumpai hampir setiap hari di meja makan. Sayuran dan buah-buahan sudah menjadi kebutuhan pangan yang wajib dipenuhi untuk menunjang hidup sehat. Namun pernahkah kalian mendengar harga sayur dan buah yang melambung tinggi? Ya hal tersebut merupakan hal yang sering terjadi di Indonesia. Harga sayur dan buah di Indonesia cenderung tidak stabil. Dalam satu bulan kenaikan harga suatu komoditas dapat meningkat hingga ratusan persen. contohnya pada bulan Januari 2006 harga pisang naik sekitar 128% jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya sementara harga bawang merah meningkat hingga 190% dari bulan sebelumnya[2]. Harga cabai juga cenderung akan meningkat saat awal dan akhir tahun yaitu sekitar bulan November hingga Februari[1].

Lantas mengapa harga buah dan sayur cenderung naik turun?

Naik turunnya harga sayur dan buah tersebut disebabkan oleh ketidakseimbangan antara ketersediaan produk dengan permintaan pasar. Jika permintaan produk tinggi namun ketersediaan produk sedikit maka harga produk akan melambung tinggi. Namun jika ketersediaan produk melimpah namun permintaan pasar sedang menurun maka harga produk tersebut akan merosot. Produksi sayur dan buah yang masih tersentral di suatu wilayah turut menyebabkan naik turunnya harga komoditas sayur dan buah. Contohnya sekitar 90% produksi kentang nasional dan 78% produksi kubis nasional diproduksi di wilayah Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur [2]. Hal tersebut dapat memicu kenaikan harga jika terjadi kegagalan panen di salah satu daerah sentra produksi tersebut.

Permainan harga yang dilakukan oleh para tengkulak menjadi salah satu faktor terjadinya fluktuasi harga sayur dan buah. Tengkulak sengaja mengontrol harga dengan menimbun hasil panen untuk mendapatkan harga jual yang lebih tinggi. Ditimbunnya hasil panen akan menyebabkan kelangkaan dipasaran sehingga harga akan melambung tinggi dan para tengkulak akan mendapatkan keuntungan besar. Keuntungan besar tersebut mayoritas tidak diteruskan ke pihak petani. Namun disisi lain jika terjadi penurunan harga jual di pasar karena kelebihan produk maka tengkulak dengan cepat akan meneruskan penurunan harga beli kepada petani. Hal tersebut sangat merugikan bagi pihak petani yang bertindak sebagai produsen,

Sifat sayur dan buah yang mudah rusak menjadi alasan mengapa petani tidak bisa mengontrol dan menaikkan harga. Petani terpaksa menjual hasil panen dengan cepat karena khawatir hasil panen mereka akan rusak dan menyebabkan kerugian yang lebih besar. Hal tersebut karena mayoritas petani tidak memiliki teknologi penyimpanan yang cukup baik untuk mempertahankan kualitas sayur dan buah sehingga mereka terpaksa menjual dengan harga murah. Selain itu, terbatasnya pilihan untuk menjual hasil panen mereka kepada pedagang lain dan terikatnya petani dengan pinjaman yang diberikan oleh tengkulak menjadi alasan mengapa petani menjual hasil panennya dengan sangat murah kepada tengkulak.

Petani akan mendapat keuntungan lebih apabila memaksimalkan teknologi pascapanen seperti meningatkan teknologi penyimpanan hasil panen. Melalui teknologi tersebut petani dapat mengontrol harga karena kualitas produk yang lebih tahan lama dan akan mendapatkan harga jual yang lebih layak. Fluktuasi harga buah dan sayur dapat diatasi dengan melakukan produksi buah dan sayur yang lebih tersebar dan tidak terpusat di suatu tempat. Hal tersebut dapat meminimalisir naiknya harga sayur dan buah jika terjadi kegagalan panen di suatu daerah sentral produksi. Produksi yang terpusat juga menyebabkan rantai pemasaran yang semakin panjang sehingga dengan penerapan produksi yang tersebar maka rantai pemasaran akan menjadi lebih pendek.

Selain itu, diperlukan pengembangan penanaman komoditas sayur dan buah di luar musim tanam. Hal tersebut dapat membuat kestabilan ketersediaan sayur dan buah setiap bulannya sehingga harga menjadi stabil. Fasilitas penunjang untuk petani juga sudah seharusnya diberikan oleh pemerintah untuk mengurangi ketergantuangan petani pada pinjaman modal yang diberikan oleh tengkulak. Pemerintah juga sebaiknya mengendalikan harga sayur dan buah dengan melakukan sinkronisasi lebih jauh terhadap permintaan pasar dan ketersediaan kmoditas supaya tidak terjadi kenaikan harga yang cukup tinggi.

Referensi :

[1] Anwarudin, M.J. Sayekti, A.L. Aditia MK dan Yusdar. 2015. Dinamika Produksi dan Volatilitas Harga Cabai: Antisipasi Strategi dan Kebijakan Pengembangan. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 8(1):33-42. (Lihat)

[2] Irawan, Bambang. 2007. Fluktuasi Harga, Transmisi Harga dan Marjin Pemasaran Sayuran dan Buah. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian 5(4):358-364. (Lihat)