Basmi Tetelo pada Unggas


Penyakit New Castle Disease (ND) atau biasa disebut tetelo merupakan penyakit yang sangat merugikan bagi industri peternakan. Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit tetelo antara lain berupa kematian ayam, penurunan produksi telur pada ayam petelur, gangguan pertumbuhan dan penurunan berat badan pada ayam pedaging[1].

Penyebab

Penyakit tetelo disebabkan oleh  Avian Paramyxovirus type-I yang merupakan virus RNA dengan genom serat tunggal (single stranded/ss) dan berpolaritas negatif. Selain itu, penyakit tetelo bisa disebabkan oleh pergantian musim seperti hujan atau kemarau yang panjang, termasuk pancaroba[2].

Cara Penularan

Penularan virus  ND atau tetelo dari satu tempat ketempat lain terjadi melalui transportasi, pekerja kandang, litter, peralatan kandang, burung dan hewan lain.  Penularan ND terutama melalui udara, melalui batuk, virus mudah terlepas dari saluranpernafasan penderita keudara dan mencemari pakan, air minum, sepatu, pakaian dan alat-alat disekitarnya.

Gejala Klinis

Bersifat akut, menimbulkan kematian yang tinggi mencapai 80-100%. Pada permulaan sakit, nafsu makan hilang, mencret yang kadang-kadang disertai darah lesu, sesak nafas, megap-megap, ngorok, bersin, batuk, paralisis parsial atau komplit, kadang-kadang terlihat gejala torticalis.

Pencegahan

Tindakan vaksinasi merupakan tindakan yang tepat untuk pencegahan terhadap penyakit tetelo. Program vaksinasi secara umum yang diterapkan yaitu (1) pada infeksi lentogenik ayam pedaging, dicegah dengan pemberian vaksin aerosol atau tetes mata pada anak umur sehari dengan menggunakan vaksin Hitchner B1 dilanjutkan dengan booster melalui air minum atau secara aerosol (2) pada infeksi lentogenik ayam pembibit dapat dicegah dengan pemberian vaksin Hitchner B1 pada hari ke-10.

Tindakan pencegahan selain vaksinasi adalah sanitasi. hal-hal yang perlu diperhatikan , antara lain:

  1. Sebelum kandang dipakai, kandang dibersihkan kemudian ditabur dengan kapur yang dibubuhi NaOH 2%, Desinfeksi kandang dilakukan secara fumigasi dengan menggunakan fumigant berupa formalin 1-2% dan KMnO4, dengan perbandingan 1:5000 
  2. Litter upayakan tetap kering, bersih dengan ventilasi yangbaik 
  3. Pintu-pintu masuk disediakan penghapus hamaan, baik untuk alat transportasi maupun orang[3].

Pengendalian

 1. Ayam yang mati karena tetelo harus dibakar atau dikubur

2. Ayam penderita yang masih hidup harus disingkirkan, disembelih dan daging bisa diperjualbelikan dengan syarat harus dimasak terlebih dahuludan sisa pemotongan harus dibakar atau dikubur

3. Larangan mengeluarkan ayam, baik dalam keadaan mati atau hidup bagi peternakan yang terkena wabah tetelo, kecuali untuk kepentingan diagnosis

4. larangan menetaskan telur dari ayam penderita tetelo dan izin menetaskan telur harus dicabut selama masih ada wabah tetelo pada perusahaan pembibit

5. Penyakit tetelo dianggap lenyap dari peternakan setelah 2 bulan dari kasus terakhir atau 1 bulan dari kasus terakhir yang disertai tindakan penghapus hamaan.

Referensi

[1] Yuliana, I., Gusti, A., I Nyoman, S. 2015. Seroprevalansi Penyakit Tetelo pada Peternakan Itik dan Pasar Galiran di Kabupaten Klungkung, Bali. Jurnal Veteriner. 16(3):383-388. (lihat)

[2] K, Gusti., I Made K., I Gusti, M. 2020. Peneguhan Diagnosis Penyakit NewCastle Disease Lapang Pada Ayam Buras di Bali Menggunakan Teknik RT-PCR. Jurnal Kedokteran Hewan. 6(1). (lihat)

[3] Saepulloh, M., Darminto. 2005. Kajian NewCastle Disease Pada Itik dan Upaya Pengendaliannya.Balai Penelitian Veteriner.15(2). (lihat)