KUBRO: Antibiotik Herbal Untuk Broiler

Industri broiler di Indonesia masih terus menghadapi beberapa permasalahan dan tantangan yang segera di atasi agar Indonesia  mampu menyediakan daging dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang baik dan menguntungkan produsen tanpa merugikan konsumen. Rendahnya efisiensi produksi broiler menjadi permasalahan utama, hal ini diakibatkan oleh tingginya harga pakan broiler. Selain Pemberikan pakan lemak tinggi dan meningkatkan Feed Convertion Ratio (FCR) dengan memaksimalkan pakan oleh organ pencernaan menjadi salah satu upaya yang sering dilakukan dalam meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Permasalahan kedua yaitu datang dari konsumen, mereka menginginkan daging yang rendah lemak seperti kolesterol, bebas mikroba patogen serta bebas antibiotika tetapi tinggi protein. Beberapa peneliti menyatakan bahwa isu keamanan pangan asal ternak yang meresahkan masyarakat di antaranya cemaran mikroba patogen dan residu antibiotik dalam daging sebagai efek samping dari pemberian antibiotik pada pakan yang berfungsi sebagai Antibiotic Growth Promoter (AGP)[1].

Daya tahan tubuh broiler yang rentan terhadap lingkungan mengakibatkan resiko kematian yang tinggi. Hal ini yang menyebabkan peternak menggunakan antibiotik sintetik dalam penanggulangan sensitifitas broiler terhadap lingkungan, namun penggunaan antibiotik sintetik sudah tidak dikehendaki karena pemberiannya meninggalkan residu pada daging, sehingga tidak aman dikonsumsi oleh konsumen. Hal tersebut disebabkan antibiotik yang diberikan tidak disekresikan dengan sempurna sehingga masih terdapat residu yang disimpan di dalam daging broiler. Pemberian antibiotik sintetik menyebabkan resistensi mikroba sehingga dapat berpengaruh pada kesehatan manusia yang mengonsumsi produk ternak tersebut. Beberapa bahaya yang dapat berpengaruh pada kesehatan manusia adalah keracunan, alergi, gangguan kulit, diare, reaksi hipersensitifitas mulai dari yang ringan sampai parah, dan peningkatan resistensi beberapa mikroorganisme patogen pada tubuh manusia [2].  

Oleh karena itu dalam rangka memenuhi permintaan konsumen akan daging ayam yang bebas residu antibiotik, diperlukan bahan antibiotik alami sebagai bahan alternatif pengganti antibiotik sintetik dalam meningkatkan produktifitas broiler. Penggunaan tanaman berkhasiat menjadi jamu atau ramuan tradisional untuk pencegahan penyakit di Indonesia sudah lama diterapkan pada manusia. Sedangkan pemanfaatan jamu pada ternak di Indonesia masih sangat terbatas. Beberapa tanaman berkhasiat yang sudah diteliti penggunaannya untuk ternak di antaranya Aloe vera, mengkudu, bawang putih, jinten, kunyit, dan temulawak. Berbagai macam tanaman berkhasiat tersebut sangat potensial digunakan sebagai bahan tambahan pakan pengganti antibiotik sintetik pada broiler. Perbaikan metabolisme dengan pemerian ramuan herbal secara tidak langsung akan meningkatkan produktifitas ternak melalui zat aktif yang dikandungnya[3]. 

Kunyit  merupakan tanaman herbal yang memiliki banyak manfaat bagi manusia dan hewan. Tanaman kunyit mengandung senyawa kurkuminoid yang bermanfaat sebagai antibakteri dengan membunuh bakteri yang merugikan serta merangsang dinding kantong empedu untuk mengeluarkan cairan empedu sehingga dapat memperlancar metabolisme lemak[1]. Selain itu, kunyit juga mengandung minyak atsiri yang dapat memberi efek anti mikroba. Pemberian kunyit sebagai antibiotik alami pada broiler biasanya dengan cara mencampurkan bubuk kunyit pada pakan broiler atau menjadikan air rebusan kunyit sebagai campuran pada air minum broiler. 

Gambar 1. Kunyit (Curcumin)
Pemberian air rebusan kunyit pada broiler dapat menurunkan total bakteri pada usus halus broiler. Senyawa kurkuminoid yang terdapat pada kunyit dapat menurunkan total bakteri E.coli, P. Aeruginosa, Staph. aureus, S.Epidermis, Pseudomonas auruginosa, Vibrio harveyi, Enterococcus faecolis,  S. Lutea, dan Vibrio cholera yang merupakan kelompok bakteri patogen. Antibakteri pada kunyit memiliki mekanisme kerja yaitu dengan memengaruhi sintesis dinding sel, menganggu atau merusak fungsi membran, menghambat sintesis asam nukleat, dan menghambat sistem protein pada bakteri patogen. Senyawa kurkuminoid yang ada pada kunyit mampu mendeformasi morfologis sel bakteri patogen yaitu dengan merusak sitoplasma sehingga mengalami gangguan sel dan bakteri patogen mengalami lisis[4]. 

Selain dapat menurunkan total bakteri pada usus halus broiler, pemberian kunyit juga dapat menanggulangi kasus colibasilosis pada broiler. Colibasilosis merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang broiler. Dampak penyakit colibasilosis pada broiler di antaranya dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, penurunan produksi, peningkatan jumlah ayam yang diafkir, penurunan kualitas karkas dan telur serta kualitas anak ayam (DOC). Senyawa kurkuminoid pada kunyit berperan sebagai gastroprotektan dan melindungi sel hepatosit dari senyawa-senyawa yang dapat merusak sel hepatosit seperti korban tetraklorida dan peroksida. Adanya senyawa ini juga dapat melindungi hemoglobin dari oksidasi[5].

Pemberian ekstrak kunyit pada broiler dapat meningkatkan bobot badan broiler, dikarenakan ekstrak kunyit dapat meningkatkan laju metabolisme sehingga pemanfaatan pakan menjadi lebih efisien. Minyak atsiri pada kunyit untuk mengatur keluarnya asam lambung agar tidak berlebihan dan mengurangi pekerjaan usus yang terlalu berat dalam pencernaan zat-zat makanan. Keadaan ini tentu akan berdampak pula pada kemampuan broiler dalam mencerna dan menyerap protein[6].

Beberapa manfaat pemberian kunyit pada broiler di atas cukup membuktikan bahwa tanaman herbal yang ada di Indonesia dapat memberikan dampak positif pada ternak unggas sehingga diharapkan kita dapat menemukan tanaman herbal lain yang akan membantu meningkatkan produktifitas broiler. Dengan demikian peternak broiler tidak perlu khawatir lagi akan kualitas daging yang dihasilkan dengan pemberian antibiotik alami tersebut. 

Referensi:

[1] Swastike, W. 2012. Efektifitas Antibiotik Herbal dan Sintetik Pada Pakan Ayam Broiler Terhadap Performances, Kadar Lemak Abdominal dan Kadar Kolesterol Darah. Prosiding SNST. 1(3):1-6 (Lihat)

[2] Saleh, M dan O. SR. Pasanda. 2019. Pemanfaatan Tanaman Herbal Sebagai Antibiotik Alami Untuk Meningkatkan Indeks Performa (IP) Ayam Broiler. INTEK Jurnal Penelitian. 6(2): 150-154 (Lihat)

[3] Agustina, L. 2006. Penggunaan Ramuan Herbal Sebagai Feed Additive Untuk Meningkatkan Performans Broiler. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Usaha Ternak Unggas Berdaya Saing (Lihat)

[4] Halimatunnisroh, R., T. Yudiarti dan Sugiharto. 2017. Jumlah Coliform, BAL dan Total Bakteri Usus Halus Ayam Broiler yang Diberi Kunyit (Curcuma demostica). Jurnal Peternakan Indonesia. 19(2): 81-87 (Lihat

[5] Wientarsih, I., S.D. Widhyari, dan T. Aryanti. 2013. Kombinasi Imbuhan Herbal Kunyit dan Zink dalam Pakan Sebagai Alternatif Pengobatan Colibasilosis Pada Ayam Pedaging. Jurnal Veteriner. 14(3): 327-334 (Lihat)

[6] Pujianti, N.A., A. Jaelani, dan N. Widianingsih. 2013. Penambahan Tepung Kunyit (Curcuma domestica) dalam Ransum Terhadap Daya Cerna Protein dan Bahan Kering pada Ayam Pedaging. ZIRA'AH. 36(1): 49-59 (Lihat