Potensi Gulma Apu-Apu sebagai Nutrisi Tanaman Budidaya

Apu-apu (Pistia stratiotes L.) merupakan salah satu tumbuhan liar atau gulma air yang banyak ditemukan di perairan sawah maupun di lahan pertanamannya terutama lahan budidaya padi. Kehadiran gulma liar dalam suatu lahan budidaya tidak diinginkan, karena gulma merupakan salah satu kelompok dari Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Keberadaan apu-apu  pada perairan sawah sangat mengganggu tanaman utama dalam persaingan nutrisi. Sebagai contoh yaitu kegiatan pemupukan, bentuk daun yang lebar pada tumbuhan ini akan menghalangi pupuk yang diberikan pada tanaman, sehingga pupuk tidak terserap secara efektif pada tanaman budidaya. 

Tumbuhan apu-apu memiliki potensi bertahan hidup di air dengan kondisi apapun dan sangat cepat dalam perkembangbiakkannya[1]. Salah satu cara petani dalam menanggulanginya yaitu secara manual dengan menggunakan jaring untuk dibuang pada perairan sungai. Selain itu, tumbuhan liar ini juga banyak ditemukan pada kolam ikan dan dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Manfaat lain dari tumbuhan ini adalah kemampuan daya serapnya terhadam logam berat seperti Fe, Cd, Cu dan Pb[2]. Akar tanaman apu-apu melakukan adsorpsi dengan cara menyerap kontaminan logam berat pada akar dan mendistribusikannya keseluruh bagian tumbuhan. 

Lantas bagaimana peran baik tumbuhan apu-apu terhadap pertanian budidaya?

Pada sektor pertanian dewasa ini muncul banyak gerakan atau upaya pengurangan penggunaan bahan kimia dalam budidaya tanaman untuk tercapainya pertanian yang berkelanjutan dan berbasis organik. Dalam pertanian berkelanjutan penggunaan bahan organik tidak diaplikasikan 100%, akan tetapi hanya bertujuan dalam mengurangi ketergantungan terhadap bahan kimia melalui penambahan input organik.

Apu-apu yang merupakan gulma air, memiliki manfaat bagi nutrisi tanaman apabila diolah dengan tepat, karena mengandung bahan organik. Kandungan bahan organik pada tumbuhan apu-apu yang telah dikomposkan yaitu 22,8%, sedangkan kandungan bahan organik dalam keadaan segar yaitu 19,6% [3]. Kandungan bahan organik tersebut dapat dimanfaatkan sebagai solusi dalam memperbaiki sifat kimia tanah dan pemenuh nutrisi tanaman.

Penggunaan apu-apu sebagai input produksi dapat diolah menjadi pupuk hijau, kandungan hara di dalamnya yaitu hara N: 2,83%, P: 0,17%, K: 0,96%, C/N: 10, dan bahan organik: 47,020[4]. Tingginya hara N pada apu-apu dapat berperan sebagai perangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan dan pembentukan klorofil yang berguna untuk proses fotosintesis. Sedangkan nilai C/N ratio yang semakin rendah menunjukkan kemudahan dalam melepaskan unsur hara dalam pengaplikasiannya.

Selain diolah menjadi pupuk padat seperti kompos, apu-apu juga dapat diolah menjadi Pupuk Organik Cair (POC). Pengolahan dilakukan dengan menyiapkan tumbuhan apu-apu dengan berat 2,1 kg dan memtong menjadi kecil-kecil, kemudian memasukkan potongan apu-apu ke dalam toples plastik dengan 3,2 liter air, mencampurkan 5 gram gula merah dan EM4 21 ml sebagai cairan pengurai[5]. Setelah itu diaduk secara merata dan dibiarkan selama 25 hari untuk proses fermentasi dengan perlakuan 5-10 menit pengadukan setiap harinya supaya terjadi sirkulasi oksigen[6].

Penggunaan POC dari tumbuhan apu-apu berdasarkan kandungan haranya dapat meningkatkan pertumbuhan jumlah daun, lebar daun dan berat basah. Oleh karena itu sangat bermanfaat apabila diaplikasikan pada jenis tanaman hortikultura sayuran. Selain itu pada tanaman budidaya lainnya, pengaplikasian pupuk organik berbahan dasar apu-apu akan membantu memenuhi hara nitrogen (N) bagi tanaman.

Pengaplikasian pupuk organik berbahan baku tumbuhan apu-apu cukup mudah. Bahkan sangat cocok untuk diterapkan pada pertanian mandiri di rumah. Apu-apu sangat mudah dijumpai diberbagai wilayah dan dengan potensi akan kandungan haranya dapat diterapkan sebagai solusi para petani dan masyarakat untuk implementasi pertanian organik maupun berkelanjutan. 

Referensi:
[1] Mudrikati. 2018. Pengaruh Pupuk Organik Cair Berbahan Tanaman Apu-apu (Pistia stratiotes L.) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Pakcoy (Brassica rapa L.) (Skripsi, Universitas Islam Negeri Mataram). Diambil dari E-Thesis UIN Mataram Pada Senin, 26 Oktober 2020 (Lihat)

[2] Raras, D., P. Yusuf, B. Alimuddin. 2015. Analisis Kandungan Ion Logam Berat (Fe, Cd, Cu dan Pb) pada Tanaman Apu-apu (Pistia stratiotes L.) dengan Menggunakan Variasi Waktu. Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 2015: 76-79 (Lihat)

[3] Sebayang, H., T. Suryanto, A. Kurnia, T., I., D. 2010. Pengaruh Pemberian Kayu Apu (Pistia stratiotes L.) dan Dosis Pupuk N, P, K pada Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.). J.Agron.Indonesia 38(2): 192-198 (Lihat)

[4] Putri, F., P. Sebayang, H., T. Sumarni, T. 2013. Pengaruh Pupuk N, P, K, Azolla (Azolla pinnata) dan Kayu Apu (Pistia stratiotes) pada Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa). Jurnal Produksi Tanaman 1(3): 9-20 (Lihat)

[5] Pratiwi, A. Nurrohmi, A., I. 2020. Effectiveness of Apu-Organic Liquid Fertilizer (Pistia stratiotes L.) on Ipomoea reptans Poir. Growth. Jurnal Riset Biologi dan Aplikasinya 2(2): 55-63 (Lihat)

[6] Oviyanti, F.  Hidayah, N. (2016). Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Daun Gamal (Gliricidia Sepium (Jacq.) Kunth Ex Walp.) terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Jurnal Biota 2(1): 61–67 (Lihat)