Sistem Minapadi Indonesia Diminati Dunia

Sektor pertanian memiliki peran strategis dalam mewujudkan ketahanan pangan baik pada tingkat nasional, regional, sampai dengan tingkat rumah tangga.  Dari sekian banyak jenis bahan pangan, beras masih menjadi primadona bahan pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Saat ini sudah upaya untuk mengembangkan teknologi budidaya padi yang mampu memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan petani dan ketahanan pangan. Berbagai konsep perbaikan dalam usaha tani padi telah dilakukan agar produktivitas padi tetap tinggi, ramah lingkungan, dan berkelanjutan[1].

Sistem minapadi yang telah dikembangkan di Indonesia sejak 2015 semakin mendapat perhatian dari banyak negara. Sistem yang menggabungkan perikanan budidaya dan pertanian itu diminati oleh 13 negara yang masuk kawasan Asia Pasifik. Seluruh negara tersebut secara khusus belajar minapadi ke Indonesia dan langsung datang ke lokasi yang dijadikan percontohan oleh pemerintah Indonesia.

Kenyataan yang harus diakui bahwa sektor pertanian di Indonesia sebagian besar dibangun oleh petani dengan skala usaha yang relatif kecil. Keadaan pelaku usaha pertanian tersebut setiap tahun semakin bertambah jumlahnya dengan tingkat kesejahteraan yang masih rendah. Skala usaha pertanian yang kecil menghambat petani meningkatkan pendapatannya sehingga sulit keluar dari lingkaran kemiskinan. Masyarakat petani miskin selain luas usaha taninya yang sempit, juga disebabkan oleh beberapa faktor seperti produktivitas yang rendah, infrastruktur terbatas, aksesibilitas rendah terhadap modal, teknologi, informasi, dan pasar, serta rendahnya kapasitas petani[2].
   
Usaha tani minapadi sangat relevan dengan perencanaan pembangunan pertanian untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan petani, dan meningkatkan nutrisi bagi penduduk di pedesaan. Memasukan ikan ke dalam sistem lahan produksi (Minapadi) akan memberikan keuntungan lebih bagi petani. Dengan mengetahui populasi ikan yang optimum per luasan lahan, diharapkan pertumbuhan dan produksi padi tidak terganggu dan pendapatan petani akan meningkat baik dari hasil padi maupun ikan. Produksi pertanian dapat dicapai dengan peningkatan luas area tanam, penurunan kehilangan hasil dan peningkatan produksi per unit area tanam. Penggunaan lahan padi untuk usaha tani padi dan budidaya ikan yang dilakukan secara bergiliran merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas tanpa penambahan area pertanaman. Secara umum usaha tani minapadi dapat meningkatkan hasil produksi padi dan ikan dengan menggunakan sumberdaya berbasis lahan yang sama, air dan tenaga kerja. Sistem ini merupakan pilihan bagi petani dalam meningkatkan pendapatan mereka. 

Usaha tani minapadi merupakan usaha tani yang berkelanjutan dengan penggunaan biaya rendah dalam memproduksi protein bernilai tinggi dan mineral. Budidaya minapadi merupakan usahatani inovatif dimana Padi merupakan usaha utama sedangkan budidaya ikan merupakan usaha tambahan untuk menjamin tambahan pendapatan petani. Usaha tani minapadi tidak hanya mengurangi kemiskinan petani, namun juga meningkatkan hasil produksi padi, menciptakan peluang kerja dan meningkatkan asupan nutrisi yang berdampak pada ketahanan pangan petani. Peningkatan produksi padi pada usahatani minapadi dinilai baik karena dengan sistem minapadi, kotoran ikan dapat berfungsi sebagai penyubur tanah yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan produksi padi[2]. Keuntungan sistem ini adalah meningkatkan produktivitas lahan, pengolahan tanah dan pemeliharaan tanaman relatif lebih mudah, memperkecil resiko kegagalan panen dan dapat ditanami padi sawah sebanyak dua kali dalam setahun[3].

Key Poin
  1. Sistem minapadi yang menggabungkan pertanian dan perikanan telah lama dikembangkan di Indonesia dengan berbagai keunggulan seperti padi yang organik dan panen ikan yang melimpah
  2. Kesuksesan metode minapadi tersebut telah diakui dunia sehingga FAO (Food and Agriculture Organization) yang merupakan organisasi pangan dan pertanian dunia menunjuk Indonesia sebagai rujukan model pengembangan minapadi di Asia Pasifik untuk ketahanan pangan global sesuai SDGs
  3. Sejak 2018, ada 13 negara Asia Pasifik yang belajar minapadi ke Indonesia, yaitu  Bangladesh, Kamboja, Laos, Myanmar, Nepal, Pakistan, Sri Lanka, Thailand, Filipina, Timor Leste, dan Vietnam.
  4. Pada 2018, KKP bersama Kementerian Pertanian telah mengembangkan percontohan minapadi seluas 580 hektare yang tersebar di 26 kabupaten di Indonesia. Pada 2019, KKP menargetkan penambahan lahan minapadi seluas 400 ha.

Referensi:

[1] Sujaya, D. H., Hardiyanto, T., & Isyanto, A. Y. 2018. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas usahatani minapadi di Kota Tasikmalaya. Mimbar Agribisnis: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis 4 (1): 25-39 (Lihat)

[2] Lantarsih, R. (2016). Pengembangan “minapadi kolam dalam” di Kabupaten Sleman. AGRARIS: Journal of Agribusiness and Rural Development Research 2 (1): 17-27 (Lihat)

[3] Ambari, A. 2019. Suksesnya Minapadi di Indonesia, Jadi Rujukan ke Seluruh Dunia. Diambil dari Website Mongabay Pada Hari Rabu, 14 Oktober 2020 (Lihat)