Bioteknologi telah berkembang di Indonesia sejak lama namun cenderung lama dikarenakan oleh beberapa faktor. Faktor yang paling utama adalah minimnya dana penelitian dalam bidang bioteknologi. Penelitian bioteknologi dilakukan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk yang diinginkan. Faktor lain yang memperlambat perkembangan bioteknologi di Indonesia adalah rendahnya sumber daya manusia, fasilitas, dan kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan bioteknologi. Bioteknologi memiliki peranan positif bagi bidang pertanian, kesehatan, dan lingkungan. Dalam bidang pertanian, bioteknologi membantu untuk mengurangi krisis pangan, memperbaiki kualitas pangan, dan meningkatkan jumlah produksi hasil pertanian.
Bioteknologi dalam bidang pertanian termasuk ilmu pemuliaan tanaman. Bioteknologi dalam bidang pertanian yang sering didengar meliputi kultur jaringan dan rekayasa genetika. Kultur jaringan adalah metode perbanyakan secara vegetatif yang dilakukan secara in vitro, sehingga hasil akhirnya adalah klon tanaman atau yang biasa disebut somaklon (karena berasal dari sel-sel somatik). Rekayasa genetika adalah metode dimana proses modifikasi berlangsung dengan melakukan insersi gen asing (yang membawa sifat unggul yang diinginkan) langsung ke genom tanaman. Tujuan dari kedua metode tersebut adalah mendapatkan individu tanaman dengan karakter unggul yang secara genetis sudah mengalami modifikasi[1].
Peranan Bioteknologi Dalam Bidang Pertanian
1. Peran Bioteknologi Dalam Perbaikan Genetik Benih/Bibit.
Bioteknologi yang berperan dalam perbaikan benih atau bibit antara lain : rekayasa genetika, marker assisted selection, kultur dan fusi protoplas, kultur embrio, radiasi, dan seleksi in vitro. Benih atau bibit hasil rekayasa menawarkan keuntungan, yaitu meningkatkan produktivitas tanaman dan berkontribusi terhadap keamanan pangan, mengkonversi biodiversitas melalui penggunaan tanaman transgenik sebagai land saving teknologi, mengefisienkan input lingkungan menjadi lebih berkelanjutan, meningkatkan kestabilan produk pangan, dan menguntungkan secara ekonomis dan sosial sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan. Ada beberapa teknologi yang dikembangkan dalam perbaikan genetik benih, yaitu marked-aided solution (MAS), seleksi langsung, dan seleksi fenolitik. Teknologi yang sering digunakan dalam perbaikan genetik bibit adalah marked-aided selection (MAS)[2].
2. Peran Bioteknologi Dalam Kesuburan Tanah
Untuk kesuburan tanah digunakan berbagai jenis mikroorganisme yang menguntungkan. Mikroorganisme yang sering digunakan adalah Rhizobium, Bradyrhizobium, Azospirillum, vesicular-arbuscular Mycorrhiza, dan mikroba pelarut fosfat yang mampu meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk nirogen dan fosfat sehingga dapat meningkatkan hasil panen. beberapa pupuk hasil penelitian bioteknologi yang telah dikembangkan adalah Rhizopilus, Bio-Lestari, EMAS, dan Antoseno[2].
3. Peran Bioteknlogi dalam Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Insektisida yang biasa digunakan oleh petani untuk membasmi OPT menggunakan bahan kimia sebagai komposisi utama. Penggunaan bahn kimia ini akan merusak tanah dan tanaman apabila digunakan terus menerus dan takaran yang digunakan tidak tepat. Bioteknologi memberikan solusi berupa insektisida nabati yang berbahan utama bakteri Bacillus thruingiensis yang terbukti dapat mengendalikan hama tanaman. Strain alam dari Bacillus thruingiensis digunakan untuk pengendalian ulat grayak, penggerek jagung asia, penggerek batang padi, penggerek buah kapas, dan penggerek tebu[2]
Perkembangan bioteknologi dalam bidang pertanian tentunya memberikan banyak keuntungan. Namun perkembangan bioteknologi juga dapat memberika kerugian, yaitu meningkatnya polusi biologis, peningkatan pemakaian herbisida, timbulnya gulma baru, alergi, dan lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan kebijakan dalam penggunaan peran bioteknologi dalam bidang pertanian[3].
Referensi:
[1] Dwiyani dan Rindang. 2014. Bioteknologi Tanaman (Bahan Ajar). Jurusan Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Udaya (Lihat)
[2] Sutrisno. 2006. Peran Bioteknologi Dalam Pembangunan Pertanian Di Indonesia. Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. (Lihat)
[3] Sutawi. 2001. Biotkenologi Untuk Pertanian Negara Berkembang: Manfaat, Resiko, dan Kebijakan. Jurnal Ilmiah Bestari, No.31. (Lihat)