Peranan Bakteri dalam Dunia Perikanan

Sumber: bing.com

Perikanan merupakan salah satu komoditas andalan bagi industri pangan di Indonesia. Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia memiliki luas jalur laut 5 juta km persegi atau 62% dari seluruh wilayah Indonesia. Luas inilah yang menjadikan Indonesia memiliki potensi dalam sektor perikanan dan kelautan. 

Disisi lain, tren sektor perikanan budidaya mengalami peningkatan sebagai akibat dari penurunan volume perikanan tangkap yang diakibatkan oleh degradasi lingkungan, eksploitasi sumber daya yang berlebihan dan perubahan musim. Menurut Dinas Perikanan Jawa Barat bahwa pada tahun 2006 hasil Perikanan tangkap mencapai 312.664 tongkol dan mengalami penurunan pada tahun 2010 dengan hasil 39.232 tongkol. Sementara menurut KKP bahwa jumlah produksi perikanan budidaya memiliki jumlah yang lebih besar daripada perikanan tangkap pada tahun 2010 dimana 5.348.518 ton yang dihasilkan dari budidaya dan 3.514.702 tonton dari perikanan tangkap[1]. Dengan potensi yang dimiliki,  produksi perikanan budidaya saat ini sebagian besar diperoleh dari teknologi semi intensif dan intensif yang menggunakan padat penebaran yang tinggi pada suatu lahan. Sistem tersebut memiliki kendala-kendala dalam keberlangsungan nya diantaranya yaitu masalah pakan dan kualitas air. Sisa-sisa pakan yang mengendap di wadah budidaya membuat kualitas air menjadi buruk sehingga menumbuhkan bakteri patogen yang dapat menimbulkan penyakit pada biota. Selain itu, pakan merupakan komponen dalam kegiatan budidaya yang membutuhkan biaya paling besar, sehingga dengan mengontrol efisiensi pada pakan makan dapat menghemat biaya pengeluaran.

Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan di atas yaitu dengan cara memanfaatkan bakteri non-patogen. Menurut Yasir[2] bakteri merupakan sel prokariotik yang memiliki plasmid pada tubuhnya dan memiliki genom berbentuk sirkuler. Kebanyakan bakteri bersifat anaerob dan fakultatif anaerob.

Bakteri terdiri atas bakteri patogen dan non patogen. Bakteri non-patogen atau probiotik dalam dunia perikanan berfungsi untuk menjaga keseimbangan protein yang tetap sehingga efisiensi pakan dapat ditingkatkan. Selain itu wadah budidaya yang dicampur dengan dosis probiotik yang tepat dapat menghambat laju pertumbuhan bakteri patogen. 

Hasil penelitian efisiensi pemanfaatan pakan yang telah ditambahkan probiotik menunjukkan nilai yang lebih baik dibandingkan pakan yang tidak dicampuri probiotik[3]. Beberapa contoh bakteri nonton patogen yang digunakan dalam dunia perikanan yaitu jenis bakteri Bacillus dan Lactobacillus yang berfungi untuk memperbaiki pertumbuhan, meningkatkan efisiensi pakan, dan mengurangi jumlah bakteri patogen pada air. Selain itu, menurut Setiawan dalam Andayani et al.[4] bahwa bakteri Lactobacillus plantarum memproduksi asam laktat yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme berbahaya dan dapat menguraikan bahan organik karena kemampuan sterilisasi-nya yang kuat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa peranan bakteri dalam dunia perikanan tidak boleh dikesampingkan, mengingat pencegahan dari penyakit lebih baik daripada mengobatinya.  Menurut Dirjen Perikanan Budidaya, penyakit pada biota menimbulkan masalah 20% pada kegiatan budidaya. Sehingga dengan adanya probiotik diharapkan mampu meningkatkan produktivitas ikan budidaya dan meningkatkan nilai ekspor komoditi perikanan di Indonesia. 

Referensi:

[1] Utami, DP., Gumilar, I., dan Sriati. 2012. Analisis Bioekonomi Penangkapan Ikan Layur (Trichirus sp) di Perairan Parigi Kabupaten Ciamis. Jurnal Perikanan dan Kelautan 3 (3): 137-144  (Lihat)

[2] Yasir, Y. 2015. Bakteri Dan Kesehatan Manusia. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Mikrobiologi Kesehatan Dan Lingkungan (Lihat)

[3] Afrianto, E dan E. Livia Wati. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. hlm.146 

[4] Andayani, S., Suprastyani, H., Gumala, GDA., Oktava, U., Fatikah, NM., Wahyudi, M., Farida, A., Pratama, R. 2017. Pengaruh Pemberian Bakteri Lactobacillus plantarum Terhadap Histopatologi dan Hematologi Ikan Patin Jambal (Pangasius djambal) yang Diinfeksi Bakteri Edwarsiella tarda. Jurnal of Fisheries and Mariene Science. 1 (4) (Lihat)