Salah satu contoh nyata dari
masalah tersebut adalah penggunaan
pestisida sebagai pengendali hama di area pertanaman padi.
Komoditas padi seringkali dihadapkan dengan masalah hama wereng cokelat. Serangga
wereng cokelat merupakan serangga yang menghisap cairan tanaman padi. Serangga
wereng cokelat sering menjadi hama karena populasinya yang mudah berkembang
hingga diatas ambang ekonomi, yang artinya mengancam produktivitas dan nilai
ekonomis dari satu lahan pertanian.
Biasanya, petani di
lapangan menggunakan pestisida sebagai cara cepat dalam mengendalikan hama
tersebut. Namun, dampak buruk yang terjadi dari pengendalian menggunakan
pestisida membuat petani harus mengalokasikan dana lebih besar untuk pemulihan
tanah. Hal ini disebabkan karena residu pestisida bisa berpotensi besar dalam menurunkan kualitas biologi, fisik, dan kimia dalam tanah.
Ada
banyak sekali alternatif selain pestisida sintetik dalam mengendalikan serangga
wereng cokelat, yaitu agen hayati seperti
jamur dan bakteri. Namun, kualitas
dalam mengendalikan wereng cokelat menggunakan alternatif pestisida tersebut seringkali
tidak lebih cepat dan tidak lebih tinggi mortalitasnya daripada menggunakan
pestisida sintetik. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor seperti
faktor kualitas pengendalian dan metode yang tidak tepat. Melanjutkan contoh pengendalian
wereng cokelat pada tanaman
padi, penggunaan patogen atau bioagen menghasilkan efektivitas yang
terbukti baik dalam mengendalikan
populasi serangga wereng cokelat. Namun, bioinsektisida patogen
jauh lebih cepat terurai daripada pestisida umumnya sehingga diperlukan pengulangan
aplikasi yang lebih daripada pestisida sintetik.
Light Trap
Selain
menggunakan bahan kimia dan organik dalam mengendalikan wereng cokelat terdapat metode lainnya
yang menggunakan pendekatan fisik-mekanis.
Pengendalian fisik-mekanis
merupakan pengendalian yang menggunakan pendekatan pengelolaan terhadap fisik
area pertanian atau menggunakan peralatan dengan sistem yang terintegrasi dalam pelaksanaannya. Pada pengendalian serangga hama wereng
cokelat teknik pengendalian fisik-mekanis yang lazim dikenal ialah dengan
menggunakan teknik light trap.
Pengendalian dengan menggunakan light trap merupakan pengendalian yang memanfaatkan sinar cahaya lampu dimalam hari yang bertujuan untuk menarik serangga nokturnal dan serangga yang menyukai cahaya. Serangga wereng cokelat merupakan serangga yang menyukai cahaya lampu dari light trap, warna cahaya yang paling efektif dalam menarik wereng cokelat adalah warna putih.
Namun sayangnya pengendalian menggunakan light trap kurang diminati para petani. Hal tersebut karena pemakaian light trap membutuhkan energi yang banyak untuk menghasilkan cahaya yang kuat sekitar 100 watt dengan daya tahan dari pukul 18.00 – 06.00 atau selama 12 jam[1]. Selain itu pemakaian light trap yang dialiri arus listrik kabel juga dinilai tidak efisien karena membutuhkan ruang pemasangan kabel arus listrik.
Gambar 1. A) Light trap konvensional; B) Light trap energi surya
Berdasarkan
permasalahan di atas, terdapat inovasi light trap bertenaga surya
atau cahaya matahari. Light trap tenaga
surya mempunyai kerangka yang efisien karena tidak membutuhkan kabel yang
mengaliri listrik. Light trap tenaga
surya dirancang untuk memudahkan pemakaian di area yang sulit dijangkau kabel
dan listrik serta dirancang
untuk aktif mengisi energi pada siang hari untuk mengaktifkan cahaya di malam
hari.
Strategi Pemantauan Light Trap Tenaga Surya
Gambar 2. Denah Skema Monitoring Light Trap Tenaga Surya
Light trap tenaga surya diaplikasikan untuk lahan pertanian sebagai monitoring
sekaligus pengendalian langsung. Penggunaan light
trap tenaga surya sebagai monitoring adalah metode untuk mengetahui
situasi hama pertanaman padi. Berdasarkan Litbang Padi Kementrian Pertanian,
penggunaan light trap sebagai alat monitoring bisa untuk mencakup
wilayah seluas 100-250 Ha. Light trap
dipakai disalah satu sisi area lahan yang berjarak 5 meter dari lahan[2].
Cakupan
wilayah hingga 250 Ha merupakan luas yang ideal untuk lampu dengan daya 100 watt.
Sebagai tambahan, penggunaan light trap tenaga
surya harus dalam kondisi area sawah yang gelap atau minim pencahayaan agar
cahaya dari light trap tenaga surya
tidak berbaur dengan cahaya lainnya. Kemudian penempatan light trap tenaga surya 5 meter dari sisi area sawah merupakan
upaya membawa wereng cokelat agar keluar dari area sawah.
Penggunaan light trap untuk pengendalian langsung menurut Baehaki (2011) bisa menggunakan lebih dari satu light trap[1].Monitoring menggunakan light trap tenaga surya
bisa dilakukan saat sebelum penanaman ataupun saat sedang terdapat tanaman. Pada saat sebelum
penanaman (saat lahan kosong) hal
yang perlu diperhatikan ialah puncak wereng imigran. Jika datangnya serangga
imigran tidak tumpang tindih antar generasi maka perlu dilaksanakan puncak
penangkapan kemudian menunggu 15 hari untuk mulai penanaman. Sedangkan jika
serangga wereng cokelat imigran tumpang tindih antar generasi maka akan dilaksanakan
dua kali puncak penangkapan sebelum mulai penanaman. Adapun waktu mulai
penanaman dilaksanakan 15 hari setelah puncak penangkapan yang kedua. Pada saat sawah sudah
ditanam padi maka hal yang perlu diperhatikan ialah jumlah wereng cokelat yang
tertangkap per malam. Bila kurang dari 50 wereng cokelat per malam maka langkah
yang tepat ialah segera mengetahui jumlah populasi per rumpun. Bila terdapat 50
ekor atau lebih wereng cokelat per malam segera lakukan pengendalian[2].
Strategi Pengendalian
Light Trap Tenaga Surya
Gambar 3. Denah Skema Pengendalian Light Trap Tenaga Surya
Sesuai dengan anjuran Kementrian Pertanian, penggunaan light trap harus dilakukan jauh dari cahaya. Oleh karena itu penggunaan light trap tenaga surya sebaiknya dipisahkan pada jarak sekitar 6-11 Ha. Jika light trap tenaga surya dipasang terlalu berdekatan maka
kemungkinan akan membuat cahaya menjadi bias dan akan menjadikan wereng cokelat tidak
fokus berkumpul pada light trap melainkan tersebar diantara cahaya yang bias
tersebut. Penggunaan light trap untuk
dijadikan sebagai salah satu strategi pengendalian dianjurkan oleh Baehaki (2011) yang menyebutkan dalam penilitiannya
bahwa light trap yang dipasang 150-250 cm dari permukaan tanah dengan menggunakan daya 100 watt berhasil
menangkap 400.000 serangga yang sebagian besarnya merupakan wereng cokelat[1].
Masalah
wereng cokelat di pertanaman padi merupakan salah satu isu hama yang penting.
Sebagian besar masyarakat petani masih menggunakan pestisida sintetik dalam pelaksanaan
pengendalian wereng cokelat. Strategi monitoring dan pengendalian light
trap tenaga surya merupakan usulan yang dibuat dalam membantu petani agar
berkurang dan bebas dalam menggunakan pestisida. Light trap tenaga surya mempunyai beberapa kelebihan diantaranya merupakan
alat yang dinilai efektif dalam monitoring serta pengendalian, tidak menyisakan
residu, dan potensial berkelanjutan. Namun, terdapat pula beberapa kelemahan yaitu harga alat-alat yang dibutuhkan yang dinilai mahal. Sebenarnya jika dilihat pada perspektif jangka panjang, aplikasi light trap tenaga surya
hanya membutuhkan biaya di awal dalam pengadaannya. Oleh karena itu, diperlukan
gotong royong oleh para petani untuk mengadakan light trap tenaga surya dan
bantuan dari lembaga pertanian pemerintah supaya bisa menciptakan sawah yang
berkelanjutan dan produk padi yang bebas pestisida.
Referensi:
[1] S. E. Baehaki. 2011. Strategi
Fundamental Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat Dalam Pengamanan Produksi Padi Nasional. Pengemb.
Inov. Pertan., Vol. 4 (1): 15–16 [Lihat]
[2] Kementan. 2020. Light Trap Atasi Hama Padi di Kawasan Food Estate Kalimantan Tengah. Diambil dari Website Litbang Pertanian [Lihat]
Artikel ini ditulis oleh:
Raja Bonar Lubis
Mahasiswa Program Studi Proteksi Tanaman
Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya