Strategi Light Trap Tenaga Surya

Sebagai negara yang aktif dibidang pertanian, para petani di Indonesia sering kewalahan menghadapi serangan hama yang meledak. Masalah tersebut akhirnya memaksa para petani di Indonesia menjadi aktif dalam menggunakan pestisida dan insektisida utuk mengendalikan populasi serangga hama. Praktiknya, penggunaan pestisida dan insektisida dikalangan petani seringkali mengabaikan ketentuan penggunaan. Akibat kondisi tersebut, kualitas tanah menjadi berkurang dan muncul potensi resistensi dan resurjensi hama. Kualitas tanah yang tidak baik akan berdampak pada pembiayaan pemulihan kesehatan tanah seperti pemupukan. Selain itu potensial resistensi serta resurjensi akan menambah kemungkinan terburuk panen rendah atau gagal panen suatu komoditas pertanian.

Salah satu contoh nyata dari masalah tersebut adalah penggunaan pestisida sebagai pengendali hama di area pertanaman padi. Komoditas padi seringkali dihadapkan dengan masalah hama wereng cokelat. Serangga wereng cokelat merupakan serangga yang menghisap cairan tanaman padi. Serangga wereng cokelat sering menjadi hama karena populasinya yang mudah berkembang hingga diatas ambang ekonomi, yang artinya mengancam produktivitas dan nilai ekonomis dari satu lahan pertanian.

Biasanya, petani di lapangan menggunakan pestisida sebagai cara cepat dalam mengendalikan hama tersebut. Namun, dampak buruk yang terjadi dari pengendalian menggunakan pestisida membuat petani harus mengalokasikan dana lebih besar untuk pemulihan tanah. Hal ini disebabkan karena residu pestisida bisa berpotensi besar dalam menurunkan kualitas biologi, fisik, dan kimia dalam tanah.

Ada banyak sekali alternatif selain pestisida sintetik dalam mengendalikan serangga wereng cokelat, yaitu agen hayati seperti jamur dan bakteri. Namun, kualitas dalam mengendalikan wereng cokelat menggunakan alternatif pestisida tersebut seringkali tidak lebih cepat dan tidak lebih tinggi mortalitasnya daripada menggunakan pestisida sintetik. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor seperti faktor kualitas pengendalian dan metode yang tidak tepat. Melanjutkan contoh pengendalian wereng cokelat pada tanaman padi, penggunaan patogen atau bioagen menghasilkan efektivitas yang terbukti baik dalam mengendalikan populasi serangga wereng cokelat. Namun, bioinsektisida patogen jauh lebih cepat terurai daripada pestisida umumnya sehingga diperlukan pengulangan aplikasi yang lebih daripada pestisida sintetik.

Light Trap
Selain menggunakan bahan kimia dan organik dalam mengendalikan wereng cokelat terdapat metode lainnya yang menggunakan pendekatan fisik-mekanis. Pengendalian fisik-mekanis merupakan pengendalian yang menggunakan pendekatan pengelolaan terhadap fisik area pertanian atau menggunakan peralatan dengan sistem yang terintegrasi dalam pelaksanaannya. Pada pengendalian serangga hama wereng cokelat teknik pengendalian fisik-mekanis yang lazim dikenal ialah dengan menggunakan teknik light trap.

Pengendalian dengan menggunakan light trap merupakan pengendalian yang memanfaatkan sinar cahaya lampu dimalam hari yang bertujuan untuk menarik serangga nokturnal dan serangga yang menyukai cahaya. Serangga wereng cokelat merupakan serangga yang menyukai cahaya lampu dari light trap, warna cahaya yang paling efektif dalam menarik wereng cokelat adalah warna putih.

Namun sayangnya pengendalian menggunakan light trap kurang diminati para petani. Hal tersebut karena pemakaian light trap membutuhkan energi yang banyak untuk menghasilkan cahaya yang kuat sekitar 100 watt dengan daya tahan dari pukul 18.00 – 06.00 atau selama 12 jam[1]. Selain itu pemakaian light trap yang dialiri arus listrik kabel juga dinilai tidak efisien karena membutuhkan ruang pemasangan kabel arus listrik. 
Gambar 1. A) Light trap konvensional; B) Light trap energi surya

Berdasarkan permasalahan di atas, terdapat inovasi light trap bertenaga surya atau cahaya matahari. Light trap tenaga surya mempunyai kerangka yang efisien karena tidak membutuhkan kabel yang mengaliri listrik. Light trap tenaga surya dirancang untuk memudahkan pemakaian di area yang sulit dijangkau kabel dan listrik serta dirancang untuk aktif mengisi energi pada siang hari untuk mengaktifkan cahaya di malam hari.

Strategi Pemantauan Light Trap Tenaga Surya
Pemakaian light trap dengan energi surya memang sudah diketahui di beberapa tempat. Namun dalam pengunaannya, para petani seringkali tidak mengetahui kajian strategis atau panduan yang tepat sehingga diperlukan strategi untuk penggunaan light trap sebagai alat pengendalian yang tepat. 
Gambar 2. Denah Skema Monitoring Light Trap Tenaga Surya 

Light trap tenaga surya diaplikasikan untuk lahan pertanian sebagai monitoring sekaligus pengendalian langsung. Penggunaan light trap tenaga surya sebagai monitoring adalah metode untuk mengetahui situasi hama pertanaman padi. Berdasarkan Litbang Padi Kementrian Pertanian, penggunaan light trap sebagai alat monitoring bisa untuk mencakup wilayah seluas 100-250 Ha. Light trap dipakai disalah satu sisi area lahan yang berjarak 5 meter dari lahan[2].

Cakupan wilayah hingga 250 Ha merupakan luas yang ideal untuk lampu dengan daya 100 watt. Sebagai tambahan, penggunaan light trap tenaga surya harus dalam kondisi area sawah yang gelap atau minim pencahayaan agar cahaya dari light trap tenaga surya tidak berbaur dengan cahaya lainnya. Kemudian penempatan light trap tenaga surya 5 meter dari sisi area sawah merupakan upaya membawa wereng cokelat agar keluar dari area sawah.

Monitoring menggunakan light trap tenaga surya bisa dilakukan saat sebelum penanaman ataupun saat sedang terdapat tanaman. Pada saat sebelum penanaman (saat lahan kosong) hal yang perlu diperhatikan ialah puncak wereng imigran. Jika datangnya serangga imigran tidak tumpang tindih antar generasi maka perlu dilaksanakan puncak penangkapan kemudian menunggu 15 hari untuk mulai penanaman. Sedangkan jika serangga wereng cokelat imigran tumpang tindih antar generasi maka akan dilaksanakan dua kali puncak penangkapan sebelum mulai penanaman. Adapun waktu mulai penanaman dilaksanakan 15 hari setelah puncak penangkapan yang kedua. Pada saat sawah sudah ditanam padi maka hal yang perlu diperhatikan ialah jumlah wereng cokelat yang tertangkap per malam. Bila kurang dari 50 wereng cokelat per malam maka langkah yang tepat ialah segera mengetahui jumlah populasi per rumpun. Bila terdapat 50 ekor atau lebih wereng cokelat per malam segera lakukan pengendalian[2].

Strategi Pengendalian Light Trap Tenaga Surya
Penggunaan light trap untuk pengendalian langsung menurut Baehaki (2011) bisa menggunakan lebih dari satu light trap[1].
Gambar 3. Denah Skema Pengendalian Light Trap Tenaga Surya

Sesuai dengan anjuran Kementrian Pertanian,  penggunaan light trap harus dilakukan jauh dari cahaya. Oleh karena itu penggunaan light trap tenaga surya sebaiknya dipisahkan pada jarak sekitar 6-11 Ha. Jika light trap tenaga surya dipasang terlalu berdekatan maka kemungkinan akan membuat cahaya menjadi bias dan akan menjadikan wereng cokelat tidak fokus berkumpul pada light trap melainkan tersebar diantara cahaya yang bias tersebut. Penggunaan light trap untuk dijadikan sebagai salah satu strategi pengendalian dianjurkan oleh Baehaki (2011) yang menyebutkan dalam penilitiannya bahwa light trap yang dipasang 150-250 cm dari permukaan tanah dengan menggunakan daya 100 watt berhasil menangkap 400.000 serangga yang sebagian besarnya merupakan wereng cokelat[1].

Masalah wereng cokelat di pertanaman padi merupakan salah satu isu hama yang penting. Sebagian besar masyarakat petani masih menggunakan pestisida sintetik dalam pelaksanaan pengendalian wereng cokelat. Strategi monitoring dan pengendalian light trap tenaga surya merupakan usulan yang dibuat dalam membantu petani agar berkurang dan bebas dalam menggunakan pestisida. Light trap tenaga surya mempunyai beberapa kelebihan diantaranya merupakan alat yang dinilai efektif dalam monitoring serta pengendalian, tidak menyisakan residu, dan potensial berkelanjutan. Namun, terdapat pula beberapa kelemahan yaitu harga alat-alat yang dibutuhkan yang dinilai mahal. Sebenarnya jika dilihat pada perspektif jangka panjang, aplikasi light trap tenaga surya hanya membutuhkan biaya di awal dalam pengadaannya. Oleh karena itu, diperlukan gotong royong oleh para petani untuk mengadakan light trap tenaga surya dan bantuan dari lembaga pertanian pemerintah supaya bisa menciptakan sawah yang berkelanjutan dan produk padi yang bebas pestisida.

Referensi:
[1] S. E. Baehaki. 2011. Strategi Fundamental Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat Dalam Pengamanan Produksi Padi Nasional. Pengemb. Inov. Pertan., Vol. 4 (1): 15–16 [Lihat]
[2] Kementan. 2020. Light Trap Atasi Hama Padi di Kawasan Food Estate Kalimantan Tengah. Diambil dari Website Litbang Pertanian [Lihat]

Artikel ini ditulis oleh:
Raja Bonar Lubis
Mahasiswa Program Studi Proteksi Tanaman
Fakultas Pertanian 
Universitas Sriwijaya